Profil Desa Sangkanjaya
Ketahui informasi secara rinci Desa Sangkanjaya mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Sangkanjaya di Balapulang, Tegal, bertransformasi dari keterisolasian. Akses jalan baru via TMMD, potensi jagung melimpah, dan Koperasi Merah Putih menjadi motor penggerak kemajuan ekonomi dan sosial, membawa harapan baru bagi warga di tengah panoram
-
Aksesibilitas
Desa Sangkanjaya mengalami perubahan fundamental dari desa terisolasi yang hanya dapat dijangkau roda dua melalui jembatan gantung selama puluhan tahun, menjadi desa yang akan segera terhubung melalui jalan raya sepanjang 2,2 km yang dibangun melalui prog
-
Lumbung Jagung
Sektor pertanian, khususnya budidaya jagung, menjadi tulang punggung ekonomi utama Desa Sangkanjaya dengan total lahan garapan mencapai lebih dari 170 hektare dan potensi hasil panen bernilai miliaran rupiah per tahun, yang telah berkontribusi pada pening
-
Gotong Royong
Masyarakat Sangkanjaya, didominasi oleh generasi tua akibat banyaknya pemuda yang merantau, menunjukkan semangat swadaya yang tinggi melalui inisiatif seperti pendirian Koperasi Merah Putih pada tahun 2025, yang bertujuan untuk meningkatkan perputaran eko

Desa Sangkanjaya, sebuah permukiman permai yang terselip di antara perbukitan Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tengah menapaki babak baru dalam sejarahnya. Lama dikenal sebagai salah satu desa paling terpencil di wilayahnya, yang akses utamanya bergantung pada sebuah jembatan gantung ikonik, Sangkanjaya kini menyongsong masa depan lebih cerah. Pembangunan infrastruktur jalan yang monumental melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) pada Mei-Juni 2025, berpadu dengan potensi pertanian jagung yang melimpah dan geliat ekonomi kerakyatan melalui Koperasi Merah Putih, menjadi simfoni optimisme bagi sekitar 1.300 jiwa warganya. Ini adalah kisah tentang resiliensi, gotong royong dan upaya tak kenal lelah membuka diri terhadap kemajuan.
Jembatan Gantung Sebagai Saksi Bisu
Secara administratif, Desa Sangkanjaya (kode wilayah 33.28.04.2008) merupakan bagian dari Kecamatan Balapulang. Terletak di kawasan pegunungan, desa ini dianugerahi panorama alam yang indah dan udara yang sejuk. Namun, keindahan tersebut berbanding lurus dengan tantangan aksesibilitas yang dihadapinya selama berpuluh-puluh tahun. Satu-satunya akses utama yang dapat diandalkan warga untuk keluar masuk desa, mengangkut hasil bumi, atau bahkan untuk keperluan darurat, adalah sebuah jembatan gantung yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Jembatan yang dibangun sekitar tahun 1991 ini, sebagaimana dilaporkan Pantura Post pada Februari 2024, telah menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Sangkanjaya selama lebih dari tiga dekade. Sebelum adanya jembatan, warga harus menyeberangi Sungai Gung untuk beraktivitas. Kondisi ini tentu saja membatasi mobilitas, menghambat laju pertumbuhan ekonomi, dan menyulitkan akses terhadap layanan publik. Pengiriman logistik, termasuk untuk kebutuhan pemilihan umum, harus dilakukan dengan susah payah melewati jembatan gantung tersebut. Tak heran jika Sangkanjaya kerap disebut sebagai "desa terpencil" bahkan "desa tertinggal" di Kecamatan Balapulang, sebagaimana diungkapkan berbagai pihak termasuk dalam berita rmoljawatengah.id. Biaya material bangunan menjadi mahal karena sulitnya transportasi, yang berpotensi mendorong warga untuk membangun rumah di luar desa dan menyebabkan depopulasi.
TMMD Membuka Harapan Baru
Penantian panjang warga Sangkanjaya akan akses yang lebih layak akhirnya terjawab pada pertengahan tahun 2025. Melalui program TMMD Sengkuyung Tahap II Tahun Anggaran 2025 Kodim 0712/Tegal, sebuah jalan baru sepanjang kurang lebih 2,2 kilometer mulai dibangun pada awal Mei 2025. Proyek strategis ini, yang ditargetkan rampung dalam 21 hari, akan menghubungkan Desa Sangkanjaya dengan Desa Danareja, membuka akses bagi kendaraan roda empat untuk pertama kalinya dalam sejarah desa tersebut.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal, Amir Makhmud, saat membuka program TMMD pada 6 Mei 2025, sebagaimana diberitakan oleh situs resmi Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal (setda.tegalkab.go.id), menandai dimulainya era baru bagi Sangkanjaya. Kepala Desa Sangkanjaya, H. Jaelani, dalam berbagai kesempatan, termasuk yang dikutip oleh Portal Pantura (Mei 2025), mengungkapkan bahwa program ini adalah jawaban atas doa panjang masyarakatnya.
"Dengan jumlah 360 KK, Desa Sangkanjaya satu-satunya desa tertinggal di Kecamatan Balapulang. Adanya akses jalan baru, desa akan makin berkembang. Pak Kades jadi lebih mudah membangun desanya. Juga menghindari perpindahan penduduk. Ini upaya mempertahankan warga tetap eksis dan lestari,"
Pembangunan jalan ini tidak hanya sekadar membuka akses fisik, tetapi juga membuka akses terhadap peluang ekonomi yang lebih luas, kemudahan layanan kesehatan dan pendidikan, serta interaksi sosial yang lebih intensif dengan dunia luar. Diharapkan, status "tertinggal" yang lama melekat akan segera terlepas seiring deru mesin kendaraan yang membawa kemajuan.
Tulang Punggung Ekonomi Desa
Di tengah keterbatasan akses di masa lalu, masyarakat Desa Sangkanjaya menunjukkan ketangguhan luar biasa dalam mengelola potensi alam yang dimiliki. Salah satu pilar utama perekonomian desa adalah pertanian jagung. Lahan yang subur di perbukitan menjadi modal utama bagi ratusan petani jagung di Sangkanjaya.
Menurut laporan
Mubarok, seorang warga yang memilih kembali bertani jagung setelah 25 tahun merantau, menyatakan bahwa perkembangan pertanian jagung telah nyata meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Dulunya kebanyakan warga desa ini hanya sampai lulusan SMP. Kini sudah banyak masyarakat yang menjadi sarjana. Itu karena hasil perkembangan pertanian,"
Meskipun demikian, bertani jagung di wilayah pegunungan tetap memiliki tantangan tersendiri, mulai dari kontur lahan hingga akses pengangkutan hasil panen yang sebelumnya terbatas. Dengan adanya jalan baru, diharapkan biaya logistik pertanian dapat ditekan dan kesejahteraan petani semakin meningkat.
Koperasi Merah Putih
Selain ketangguhan di sektor pertanian, semangat gotong royong dan keinginan untuk mandiri secara ekonomi juga mengakar kuat di Desa Sangkanjaya. Hal ini terwujud dalam pembentukan Koperasi Merah Putih, sebuah inisiatif yang muncul dari diskusi dan musyawarah warga, dan diberitakan oleh Portal Pantura pada Mei 2025.
Uniknya, motor penggerak utama koperasi ini adalah para orang tua dan sesepuh desa. Fenomena banyaknya generasi muda yang merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta untuk mencari nafkah – umumnya sebagai pedagang martabak, gorengan, dan nasi goreng, sebagaimana diungkapkan Kades Zaelani kepada detik.com pada Oktober 2022 – tidak menyurutkan semangat mereka yang tinggal untuk membangun desa. "Ibarat kata, yang muda pergi mencari rezeki, yang tua menjaga api," ujar seorang warga.
Koperasi Merah Putih bertujuan untuk menciptakan perputaran ekonomi dari warga, oleh warga, dan untuk warga. Rencananya, koperasi ini akan menjadi pusat distribusi hasil panen, wadah pembelian sembako bersama dengan harga lebih terjangkau, serta menyediakan layanan simpan pinjam berbunga rendah bagi anggotanya.
Nama "Merah Putih" sendiri dipilih untuk melambangkan semangat kebangsaan, kemandirian, dan tekad agar Desa Sangkanjaya dikenal karena semangat warganya yang berdikari, meski berada di wilayah terpencil.
Kepala Desa H. Jaelani menyatakan, "Kami ingin desa ini dikenal karena semangat warganya. Biar terpencil, kami tetap Merah Putih." Kehadiran koperasi ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan infrastruktur dan tantangan geografis tidak menjadi halangan bagi masyarakat Sangkanjaya untuk berinovasi dan berjuang bersama demi kesejahteraan.
Denyut Kehidupan Masyarakat di Tengah Perubahan
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, termasuk kutipan Kepala Desa Zaelani di detik.com (Oktober 2022), Desa Sangkanjaya memiliki sekitar 1.300 jiwa penduduk yang tergabung dalam kurang lebih 301 Kepala Keluarga (KK). Secara administratif, desa ini terdiri dari satu Rukun Warga (RW) dan tiga Rukun Tetangga (RT).
Fenomena merantau menjadi ciri khas sosial di Sangkanjaya. Diperkirakan sekitar 60% warganya, terutama kaum muda, mencari penghidupan di berbagai daerah di Indonesia. Akibatnya, suasana desa cenderung sepi pada hari-hari biasa. Keramaian baru terasa saat momen-momen khusus seperti Hari Raya Idul Fitri, ketika para perantau pulang kampung untuk berkumpul bersama keluarga. Rumah-rumah yang tampak bagus dan permanen, seperti yang diamati Pantura Post, seringkali baru ramai penghuni di sore hari atau saat musim liburan.
Di bidang pendidikan, terdapat Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sangkanjaya yang menjadi pusat pendidikan dasar bagi anak-anak desa. Namun, tantangan infrastruktur dasar lainnya masih dirasakan, seperti kualitas sinyal telekomunikasi dan pasokan listrik yang dilaporkan masih sering mengalami gangguan (naik-turun), sebagaimana diungkap Portal Pantura.
Data Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2023 dari SIDesa Jateng mencatat skor 0.5619 untuk Sangkanjaya, yang mengklasifikasikannya sebagai desa "Berkembang". Meskipun demikian, dampak isolasi fisik yang panjang membuat persepsi sebagai desa "tertinggal" masih melekat hingga sebelum proyek jalan baru direalisasikan.
Di bawah kepemimpinan Kepala Desa H. Jaelani, Pemerintah Desa Sangkanjaya terus berupaya menjalin sinergi dengan berbagai pihak untuk mengakselerasi pembangunan. Kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Tegal, Komando Distrik Militer 0712/Tegal melalui program TMMD, serta partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan berbagai program yang dijalankan.
Pembukaan akses jalan baru dipandang sebagai momentum krusial. Ini bukan hanya tentang konektivitas fisik, tetapi juga tentang membuka isolasi mental dan menumbuhkan optimisme baru. Diharapkan, kemudahan akses akan memicu efek domino positif: peningkatan produktivitas pertanian, berkembangnya usaha mikro dan kecil, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui akses pendidikan dan informasi yang lebih baik, serta peningkatan kualitas layanan kesehatan.
Tabel Data Desa Sangkanjaya
Keterangan | Data |
---|---|
Nama Desa | Sangkanjaya |
Kecamatan | Balapulang |
Kabupaten | Tegal |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kode Desa | 33.28.04.2008 |
Jumlah Penduduk (Approx. Okt 2022) | 1.300 jiwa |
Jumlah Kepala Keluarga (Okt 2022) | 301 KK |
Jumlah Rumah (Okt 2022) | Sekitar 200 rumah |
Jumlah RW / RT (Okt 2022) | 1 RW / 3 RT |
Akses Utama Historis | Jembatan Gantung (sejak 1991, hanya roda dua) |
Akses Baru (Target Juni 2025) | Jalan Tembus Mobil (2,2 km via TMMD) ke Desa Danareja |
Potensi Utama Ekonomi | Pertanian Jagung |
Luas Lahan Jagung (Approx. 2021) | 50 Ha (warga) + 123 Ha (Perhutani) |
Estimasi Hasil Panen Jagung | 600 ton / musim (2x setahun), nilai bisa mencapai Rp 2 Miliar/panen |
Inisiatif Ekonomi Baru (2025) | Koperasi Merah Putih |
Fasilitas Pendidikan | SDN Sangkanjaya |
Status IDM (2023) | 0.5619 (Berkembang) |
Tantangan Infrastruktur Lain | Sinyal telekomunikasi & listrik (kurang stabil) |
Kepala Desa (Petahana) | H. Jaelani |
Masa Depan Cerah Sangkanjaya
Desa Sangkanjaya kini berdiri di persimpangan jalan, meninggalkan era keterisolasian menuju masa depan yang penuh harapan. Pembangunan jalan baru oleh TMMD bukan hanya sekadar tumpukan aspal dan batu, melainkan jembatan emas yang menghubungkan Sangkanjaya dengan peluang lebih luas. Keberhasilan sektor pertanian jagung menjadi bukti bahwa alam Sangkanjaya menyimpan kekayaan yang menunggu untuk dioptimalkan lebih lanjut dengan dukungan infrastruktur yang memadai.
Inisiatif Koperasi Merah Putih menunjukkan bahwa semangat kemandirian dan gotong royong masyarakat adalah modal sosial yang tak ternilai harganya. Meski tantangan seperti peningkatan kualitas infrastruktur pendukung lainnya dan adaptasi terhadap perubahan masih ada, langkah-langkah transformatif yang telah diambil menjadi fondasi kuat.
Sangkanjaya adalah cerminan dari ribuan desa di Indonesia yang terus berjuang, berinovasi, dan beradaptasi. Dengan terbukanya akses dan terus dipupuknya semangat swadaya, desa di lereng pegunungan Tegal ini siap membuktikan bahwa keterpencil_an geografis bukanlah halangan untuk meraih kemajuan dan kesejahteraan. Kisah Sangkanjaya adalah inspirasi tentang bagaimana kolaborasi antara pemerintah, aparat, dan masyarakat dapat mengubah tantangan menjadi peluang, merajut asa untuk masa depan yang lebih gemilang.